TRANSFORMASI
LEADERSHIP DALAM PERKEMBANGAN
PROFESI
KEPERAWATAN GUNA MENDUKUNG
PELAYANAN
KESEHATAN PARIPURNA
Perubahan bisa terjadi setiap saat, dan merupakan proses yang dinamik serta
tidak dapat dielakkan. Berubah berarti beranjak dari keadaan semula. Tanpa
berubah tidak ada pertumbuhan dan tidak ada dorongan. Namun dengan berubah
dapat terjadi ketakutan, kebingungan, kegagalan dan kebahagiaan. Setiap orang
dapat memberikan perubahan pada orang lain. Merubah orang lain dapat bersifat
implisit maupun eksplisit atau bersifat tertutup dan terbuka. Kenyataan ini
penting khususnya dalam kepemimpinan dan manajemen keperawatan. Pemimpin dalam
keperawatan diharapkan dapat menggerakkan sistim dari satu titik ke titik
lainnya dalam upaya pemecahan masalah. Maka secara konstan pemimpin harus
mengembangkan strategi untuk merubah orang lain dan memecahkan masalah
(Purwoko, 1998).
Keperawatan yang sedang berada pada
proses profesionalisasi harus terus berusaha membuat dan merencanakan perubahan
(Nursalam, 2005). Adaptasi dalam sebuah perubahan menjadi persyaratan kerja
dalam keperawatan.
Perubahan, tantangan, dan peluang
sedang dihadapi oleh sistem pelayanan kesehatan di Indonesia. Pada era global
seperti saat ini, perubahan dalam sistem dan tatanan pelayanan kesehatan telah
mempercepat perkembangan lmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) kesehatan. Salah
satu dampak dari perkembangan IPTEK kesehatan adalah menjadi tingginya biaya
pelayanan dan pemeliharaaan kesehatan.
Tingginya biaya kesehatan ini berdampak negatif terhadap ketersediaan sarana dan fasilitas kesehatan yang memadai untuk golongan masyarakat menengah ke bawah.
Salah satu pelaku yang terlibat dalam sistem pelayanan kesehatan adalah tim kesehatan termasuk salah satunya adalah tenaga keperawatan. Tenaga keperawatan yang terlibat dalam pelayanan kesehatan harus senantiasa memberikan pelayanannya secara kontinyu dan konsisten selama 24 jam (Badiah, 2009). Mereka menghadapi berbagai masalah kesehatan yang dialami oleh pasien atau keluarganya. Disamping itu, mereka juga harus memfokuskan pelayanannya pada keberlangsungan kegiatan pelayanan itu sendiri. Mereka sendiri mengalami berbagai respon fisik dan psikologis yang tidak dapat diabaikan karena akan mempengaruhi kinerjanya sehari-hari. Untuk itu, mereka memerlukan pemimpin yang melalui proses kepemimpinannya mampu mengendalikan, memotivasi, bertindak sebagai layaknya pemimpin yang diharapkan, dan menggali potensi yang dimiliki stafnya untuk dibantu dikembangkan (Nurrachmah, 2005).
Tingginya biaya kesehatan ini berdampak negatif terhadap ketersediaan sarana dan fasilitas kesehatan yang memadai untuk golongan masyarakat menengah ke bawah.
Salah satu pelaku yang terlibat dalam sistem pelayanan kesehatan adalah tim kesehatan termasuk salah satunya adalah tenaga keperawatan. Tenaga keperawatan yang terlibat dalam pelayanan kesehatan harus senantiasa memberikan pelayanannya secara kontinyu dan konsisten selama 24 jam (Badiah, 2009). Mereka menghadapi berbagai masalah kesehatan yang dialami oleh pasien atau keluarganya. Disamping itu, mereka juga harus memfokuskan pelayanannya pada keberlangsungan kegiatan pelayanan itu sendiri. Mereka sendiri mengalami berbagai respon fisik dan psikologis yang tidak dapat diabaikan karena akan mempengaruhi kinerjanya sehari-hari. Untuk itu, mereka memerlukan pemimpin yang melalui proses kepemimpinannya mampu mengendalikan, memotivasi, bertindak sebagai layaknya pemimpin yang diharapkan, dan menggali potensi yang dimiliki stafnya untuk dibantu dikembangkan (Nurrachmah, 2005).
Sebagai sebuah profesi, keperawatan
dihadapkan pada situasi dimana karakteristik profesi harus dimiliki dan
dijalankan sesuai kaidahnya. Sebaliknya, sebagai pemberi pelayanan, keperawatan
juga dituntut untuk lebih meningkatkan kontribusinya dalam pelayanan kepada
masyarakat yang semakin terdidik, dan mengalami masalah kesehatan yang
bervariasi serta respon terhadap masalah kesehatan yang bervariasi pula.
Sehingga pada saat ini menurut
Sugijati, et all (2009) sangat diperlukan kepemimpinan yang mampu mengarahkan
profesi keperawatan dalam menyesuaikan dirinya di tengah-tengah perubahan dan
pembaharuan sistem pelayanan kesehatan. Kepemimpinan tersebut seyogyanya yang fleksible, accessible, dan dirasakan
kehadirannya.
Kepemimpinan merupakan seni untuk
seorang pemimpin melayani orang lain, memberikan apa yang dimiliki untuk
kepentingan orang lain. Sebagai pemimpin, ia menempatkan dirinya sebagai orang
yang bermanfaat untuk orang lain. Dalam profesi keperawatan, belum banyak
pemimpin keperawatan yang telah memahami secara baik.
Hal tersebut karena mereka lebih memahami paradigma lama dimana setiap pemimpin yang sedang menjalankan fungsi kepemimpinannya harus ditempatkan pada posisi yang lebih tinggi dari yang lain dan mereka merasa memiliki hak untuk dilayani. Motivational leadership sebaiknya juga harus dimiliki oleh setiap pemimpin dalam keperawatan (Tappen, 1995). Situasi saat ini dimana banyak terjadi perubahan dan juga tantangan telah memberikan kecenderungan pada para perawat pelaksana untuk lebih mudah merasa lelah dan cepat menyerah.
Untuk itulah diperlukan sosok pemimpin yang mampu secara konsisten memberikan motivasi kepada orang lain dan memiliki kualitas kunci yaitu: meliputi kemampuan akan pengetahuan dan ketrampilan (memimpin dan teknis), mengkomunikasikan ide secara efektif, percaya diri, komitmen tinggi, pemahaman tentang kebutuhan orang lain, memiliki dan mengatur energi, serta kemampuan mengambil tindakan yang dirasakan perlu untuk memenuhi kepentingan orang banyak.
Dalam mengantisipasi masa depan, pemimpin yang menjalankan fungsi kepemimpinannya memerlukan kemampuan entrepreuner yang efektif termasuk didalamnya kemampuan bargaining, negosiasi, marketing, penghargaan terhadap keberadaan stakeholder internal maupun eksternal.
Seorang pemimpin keperawatan tidak akan berhasil melakukan fungsinya apabila tidak memiliki kemampuan mengatur waktu, mengendalikan stress baik yang dialaminya maupun orang lain (bawahan), dan juga mengatasi konflik yang terjadi baik internal maupun eksternal, baik individual, maupun kelompok (managing time, stress, and conflict) (Nurrachmah, 2005).
Hal tersebut karena mereka lebih memahami paradigma lama dimana setiap pemimpin yang sedang menjalankan fungsi kepemimpinannya harus ditempatkan pada posisi yang lebih tinggi dari yang lain dan mereka merasa memiliki hak untuk dilayani. Motivational leadership sebaiknya juga harus dimiliki oleh setiap pemimpin dalam keperawatan (Tappen, 1995). Situasi saat ini dimana banyak terjadi perubahan dan juga tantangan telah memberikan kecenderungan pada para perawat pelaksana untuk lebih mudah merasa lelah dan cepat menyerah.
Untuk itulah diperlukan sosok pemimpin yang mampu secara konsisten memberikan motivasi kepada orang lain dan memiliki kualitas kunci yaitu: meliputi kemampuan akan pengetahuan dan ketrampilan (memimpin dan teknis), mengkomunikasikan ide secara efektif, percaya diri, komitmen tinggi, pemahaman tentang kebutuhan orang lain, memiliki dan mengatur energi, serta kemampuan mengambil tindakan yang dirasakan perlu untuk memenuhi kepentingan orang banyak.
Dalam mengantisipasi masa depan, pemimpin yang menjalankan fungsi kepemimpinannya memerlukan kemampuan entrepreuner yang efektif termasuk didalamnya kemampuan bargaining, negosiasi, marketing, penghargaan terhadap keberadaan stakeholder internal maupun eksternal.
Seorang pemimpin keperawatan tidak akan berhasil melakukan fungsinya apabila tidak memiliki kemampuan mengatur waktu, mengendalikan stress baik yang dialaminya maupun orang lain (bawahan), dan juga mengatasi konflik yang terjadi baik internal maupun eksternal, baik individual, maupun kelompok (managing time, stress, and conflict) (Nurrachmah, 2005).
Kepemimpinan dalam keperawatan
memerlukan seseorang yang memiliki kriteria tersebut. Hal ini karena dalam
kegiatan keseharian, seorang pemimpin sangat memperhitungkan waktu bukan hanya
untuk mengatur kegiatan rutin saja, melainkan juga memperhitungkannya ketika
pengambilan keputusan penting.
Selain itu, stress kerja pada umumnya dialami banyak karyawan maupun pemimpin karena adanya tekanan dalam berbagai hal mulai dari ketersediaan waktu, keinginan menghasilkan sesuatu yang berkualitas, dan keterbatasan sumber, serta upaya melakukan sinergi positif dari berbagai latar belakang pendidikan dan kemampuan. Untuk itu, setiap pemimpin keperawatan sebaiknya memahami konsep pengendalian stress agar dapat tetap mengarahkan orang yang dipimpinnya ke arah produktifitas yang tinggi
Selain itu, stress kerja pada umumnya dialami banyak karyawan maupun pemimpin karena adanya tekanan dalam berbagai hal mulai dari ketersediaan waktu, keinginan menghasilkan sesuatu yang berkualitas, dan keterbatasan sumber, serta upaya melakukan sinergi positif dari berbagai latar belakang pendidikan dan kemampuan. Untuk itu, setiap pemimpin keperawatan sebaiknya memahami konsep pengendalian stress agar dapat tetap mengarahkan orang yang dipimpinnya ke arah produktifitas yang tinggi
Demikian pula ketika seorang
pemimpin melihat terjadinya konflik dalam bekerja, ia sebaiknya memiliki
pengetahuan dasar tentang konflik dan pendekatan untuk menyelesaikannya tanpa
harus mengorbankan salah satu pihak yang berkonflik. Kemampuan kepemimpinan yang lainnya
melibatkan ketrampilan seorang pemimpin dalam keperawatan dalam menginisiasi perubahan/pembaharuan
secara terencana (planned change)
(Bondan,2007). Kepemimpinan dalam keperawatan memerlukan seseorang pemimpin
yang mampu membawa perubahan/pembaharuan tanpa menimbulkan kecemasan dan
ketidakpastian situasi akibat perubahan/pembaharuan tersebut.
Menurut Nurrachmah (2005) sifat kepemimpinan yang visioner dan futuristic juga sangat diperlukan dalam profesi keperawatan. Hal ini karena pemimpin yang berorientasi ke masa depan dan mengetahui pilihan masa depan yang terbaik untuk bawahannya akan mampu membawa perubahan/pembaharuan ke dalam kehidupan kerja para bawahannya dengan sebaik-baiknya melalui perencanaan yang matang dan waktu yang tepat.
Menurut Nurrachmah (2005) sifat kepemimpinan yang visioner dan futuristic juga sangat diperlukan dalam profesi keperawatan. Hal ini karena pemimpin yang berorientasi ke masa depan dan mengetahui pilihan masa depan yang terbaik untuk bawahannya akan mampu membawa perubahan/pembaharuan ke dalam kehidupan kerja para bawahannya dengan sebaik-baiknya melalui perencanaan yang matang dan waktu yang tepat.
Hal
lain yang perlu diperhatikan pula adalah kepemimpinan dalam keperawatan juga
harus dilaksanakan secara etikal karena tidak jarang pemimpin perawat
menghadapi masalah yang melibatkan keputusan etik sehingga memerlukan kerjasama
dengan pihak lain untuk menemukan solusi etik.Pengambilan keputusan yang
melibatkan kepentingan pasien dan keluarga sering menuntut pemimpin perawat
untuk membuat keputusan etik yang mempertimbangkan norma dan nilai-nilai.
Dengan kata lain, kepemimpinan dalam keperawatan melibatkan banyak aspek dan unsur yang terkait didalamnya sehingga diperlukan pemimpin yang mampu menjalankan kepemimpinannya bukan hanya mempertimbangkan aspek etik saja tetapi juga pertimbangan visi ke depan dan bagaimana mentransformasikan perubahan dan pembaharuan ke dalam kegiatan harian tanpa menimbulkan kecemasan, ketidak-pastian, dan ancaman bagi yang terlibat didalamnya serta mewujudkan perubahan itu secara terencana, bertahap, namun berhasil guna.Pemimpin seperti ini tentu harus memiliki visi masa depan yang kuat.
Pada era global saat ini dan era sesudahnya akan banyak terjadi perubahan dalam kehidupan manusia, sistem penyelenggaraan kehidupan manusia, keterbatasan sumber-sumber yang diperlukan dalam kehidupan manusia serta perkembangan ilmu dan teknologi yang tiada henti. Perubahan sikap dan perilaku sumber daya manusia dalam sistem ketenaga-kerjaan juga akan terjadi sebagai dampak dari berbagai perubahan yang terjadi dalam lingkungan kehidupan manusia. Berdasarkan situasi ini, maka dimasa depan diperlukan pemimpin yang handal tapi tangguh yang memiliki berbagai ketrampilan dari mulai memotivasi bawahan sampai kepada menciptakan perubahan.
Pemimpin keperawatan di masa depan juga harus mampu menciptakan nilai-nilai unggulan yang menjadi karakteristik profesi, dan menyatakan visi yang mampu menjadi inspirasi bagi orang lain. Dalam kepemimpinannya, ia juga harus mampu berbicara dan bertindak strategis sehingga dapat menimbulkan manfaat positif bagi orang yang dipimpinnya. Selanjutnya, banyaknya peluang yang berpotensi terjadi di masa depan mengharuskan pemimpin perawat menentukan arah perubahan yang besar.
Berdasarkan tantangan yang semakin besar dan kuat terhadap profesi keperawatan ke depan, maka sudah saatnya untuk mempersiapkan pemimpin-pemimpin perawat yang memiliki kepemimpinan yang handal. Untuk melahirkan pemimpin perawat yang baik, memerlukan, bersepakat, merubah pandangan dan cara berpikir.
Pemimpin keperawatan juga dituntut memiliki visi ke depan, responsif terhadap tantangan yang mucul dan mampu menggerakan semua sumberdaya dalam organisasi ,tidak hanya bertindak sebagai juru bicara atau pelatih dalam organisasi tetapi sebagai penentu arah bagi organisasi, dan sebagai agen perubahan dalam organisasi.
Proses membangun Profesionalitas seorang perawat tidak terlepas dari peran institusi keperawatan, dimana proses pendidikan disusun berdasarkan kerangka konsep yang kokoh yang meliputi; penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan, menyelesaikan masalah secara ilmiah, sikap dan tingkah laku profesional (Nursalam, 2005).
Dengan kata lain, kepemimpinan dalam keperawatan melibatkan banyak aspek dan unsur yang terkait didalamnya sehingga diperlukan pemimpin yang mampu menjalankan kepemimpinannya bukan hanya mempertimbangkan aspek etik saja tetapi juga pertimbangan visi ke depan dan bagaimana mentransformasikan perubahan dan pembaharuan ke dalam kegiatan harian tanpa menimbulkan kecemasan, ketidak-pastian, dan ancaman bagi yang terlibat didalamnya serta mewujudkan perubahan itu secara terencana, bertahap, namun berhasil guna.Pemimpin seperti ini tentu harus memiliki visi masa depan yang kuat.
Pada era global saat ini dan era sesudahnya akan banyak terjadi perubahan dalam kehidupan manusia, sistem penyelenggaraan kehidupan manusia, keterbatasan sumber-sumber yang diperlukan dalam kehidupan manusia serta perkembangan ilmu dan teknologi yang tiada henti. Perubahan sikap dan perilaku sumber daya manusia dalam sistem ketenaga-kerjaan juga akan terjadi sebagai dampak dari berbagai perubahan yang terjadi dalam lingkungan kehidupan manusia. Berdasarkan situasi ini, maka dimasa depan diperlukan pemimpin yang handal tapi tangguh yang memiliki berbagai ketrampilan dari mulai memotivasi bawahan sampai kepada menciptakan perubahan.
Pemimpin keperawatan di masa depan juga harus mampu menciptakan nilai-nilai unggulan yang menjadi karakteristik profesi, dan menyatakan visi yang mampu menjadi inspirasi bagi orang lain. Dalam kepemimpinannya, ia juga harus mampu berbicara dan bertindak strategis sehingga dapat menimbulkan manfaat positif bagi orang yang dipimpinnya. Selanjutnya, banyaknya peluang yang berpotensi terjadi di masa depan mengharuskan pemimpin perawat menentukan arah perubahan yang besar.
Berdasarkan tantangan yang semakin besar dan kuat terhadap profesi keperawatan ke depan, maka sudah saatnya untuk mempersiapkan pemimpin-pemimpin perawat yang memiliki kepemimpinan yang handal. Untuk melahirkan pemimpin perawat yang baik, memerlukan, bersepakat, merubah pandangan dan cara berpikir.
Pemimpin keperawatan juga dituntut memiliki visi ke depan, responsif terhadap tantangan yang mucul dan mampu menggerakan semua sumberdaya dalam organisasi ,tidak hanya bertindak sebagai juru bicara atau pelatih dalam organisasi tetapi sebagai penentu arah bagi organisasi, dan sebagai agen perubahan dalam organisasi.
Proses membangun Profesionalitas seorang perawat tidak terlepas dari peran institusi keperawatan, dimana proses pendidikan disusun berdasarkan kerangka konsep yang kokoh yang meliputi; penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan, menyelesaikan masalah secara ilmiah, sikap dan tingkah laku profesional (Nursalam, 2005).
Lingkungan
pelayanan kesehatan pada saat ini telah memberikan peluang pada tenaga
keperawatan untuk memperoleh status professional dengan cara proaktif berespon
terhadap kebutuhan perubahan dan harapan masyarakat (Azwar, 1996). Sebagai
kelompok pemberi pelayanan kesehatan terbesar, profesi ini telah diposisikan
untuk mempengaruhi bukan hanya perkembangan sistem tetapi juga bagaimana
praktik harus dibentuk dengan mengubah tatanan lapangan pelayanan kesehatan.
Proses yang timbal balik ini tentu saja akan mempengaruhi setiap aspek praktik
professional dan sangat tergantung dari proses kepemimpinan keperawatan yang
terjadi. Lingkungan pelayanan kesehatan pada saat ini telah memberikan peluang
pada tenaga keperawatan untuk memperoleh status professional dengan cara proaktif
berespon terhadap kebutuhan perubahan dan harapan masyarakat. Sebagai kelompok
pemberi pelayanan kesehatan terbesar, profesi ini telah diposisikan untuk
mempengaruhi bukan hanya perkembangan sistem tetapi juga bagaimana praktik
harus dibentuk dengan mengubah tatanan lapangan pelayanan kesehatan. Proses
yang timbal balik ini tentu saja akan mempengaruhi setiap aspek praktik profesional
dan sangat tergantung dari proses kepemimpinan keperawatan yang terjadi.
Para
perawat yang berada pada posisi kepemimpinan memiliki tanggung jawab yang luas
dalam arena pelayanan kesehatan. Hal ini karena lingkungan pelayanan kesehatan saat ini
memberikan banyak peluang untuk perawat memperoleh status professionalnya
dengan secara proaktif berespon terhadap kebutuhan masyarakat.
Keperawatan biasanya menjadi jelas posisinya justru karena ketidak hadirannya dalam daftar kepemimpinan nasional. Banyak masyarakat yang belum mempersepsikan pemimpin perawat memiliki kekuatan dan kekuasaan. Demikian pula sistem pelayanan kesehatan tidak berhasil untuk mengidentifikasi profesi perawat sebagai professional yang memiliki pengetahuan yang bermanfaat untuk membantu menciptakan solusi terhadap masalah kesehatan yang kompleks. Hal ini dapat dimengerti karena selama ini sesuai sejarahnya, banyak perawat yang telah menghindari peluang untuk mengemban kekuatan dan peranan politik di masa lalu.
Seiring berjalannya waktu, saat ini profesi keperawatan diharapkan mulai memahami bahwa kekuatan dan kekuasaan serta peranan politik telah menjadi salah satu faktor penentu mencapai tujuan dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan dan sekaligus meningkatkan otonomi keperawatan. Oleh karena itu, ketika terjadi banyak perubahan dalam sistem pelayanan kesehatan maka para pemimpin perawat harus berpartisipasi secara aktif dan proaktif untuk mencari jalan bagaimana mempengaruhi pengambil keputusan dalam sistem pelayanan kesehatan dan membuat untuk didengar suaranya oleh mereka. Para pemimpin perawat memiliki kapasitas kekuatan untuk mempengaruhi kebijakan publik sepanjang mereka memiliki berbagai potensi kepemimpinan.
Keperawatan biasanya menjadi jelas posisinya justru karena ketidak hadirannya dalam daftar kepemimpinan nasional. Banyak masyarakat yang belum mempersepsikan pemimpin perawat memiliki kekuatan dan kekuasaan. Demikian pula sistem pelayanan kesehatan tidak berhasil untuk mengidentifikasi profesi perawat sebagai professional yang memiliki pengetahuan yang bermanfaat untuk membantu menciptakan solusi terhadap masalah kesehatan yang kompleks. Hal ini dapat dimengerti karena selama ini sesuai sejarahnya, banyak perawat yang telah menghindari peluang untuk mengemban kekuatan dan peranan politik di masa lalu.
Seiring berjalannya waktu, saat ini profesi keperawatan diharapkan mulai memahami bahwa kekuatan dan kekuasaan serta peranan politik telah menjadi salah satu faktor penentu mencapai tujuan dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan dan sekaligus meningkatkan otonomi keperawatan. Oleh karena itu, ketika terjadi banyak perubahan dalam sistem pelayanan kesehatan maka para pemimpin perawat harus berpartisipasi secara aktif dan proaktif untuk mencari jalan bagaimana mempengaruhi pengambil keputusan dalam sistem pelayanan kesehatan dan membuat untuk didengar suaranya oleh mereka. Para pemimpin perawat memiliki kapasitas kekuatan untuk mempengaruhi kebijakan publik sepanjang mereka memiliki berbagai potensi kepemimpinan.
Menurut
Muninjaya (2004), seorang pemimpin keperawatan selayaknya juga dapat memahami
perubahan sistem dalam pelayanan kesehatan dan mengidentifikasi berbagai upaya
untuk mengembangkan praktik keperawatan dengan mengendalikan faktor yang
berpengaruh negatif dan meningkatkan faktor yang berpengaruh positif terhadap
praktik keperawatan.
Dengan uraian tentang transformasi
atau perubahan leadership dalam
keperawatan tersebut, diharapkan profesi keperawatan dapat melakukan perubahan
nyata, semakin berkembang, semakin diakui dan dapat memberikan dan menunjukkan
kinerja yang profesional dalam
memberikan pelayanan kesehatan yang paripurna. Apabila telah ada dasar
kepemimpinan yang baik dalam profesi
keperawatan maka menurut Mulyaningsih (2011) diharapkan hal tersebut dapat
memberikan dampak terhadap seluruh hal, yaitu kepuasan terhadap pelayanan
kesehatan secara paripurna akan dapat dirasakan oleh pasien, keluarga dan juga
oleh tenaga kesehatan, khususnya perawat.
Daftar
Pustaka
Azwar,
A.1996. Menuju Pelayanan Kesehatan Yang
Lebih Bermutu. Jakarta: Yayasan
Penerbitan Ikatan Dokter Indonesia
Badiah, A,
et all. “Hubungan Motivasi Perawat Dengan Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap
Rumah Sakit Daerah Panembahan Senopati Bantul Tahun 2008”. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan.Vol.12 juni 2009:75
Bondan.2007.
“Leadership Dalam Keperawatan”. Jurnal
Keperawatan & Penelitian Kesehatan Mei
2007
Mulyaningsih.2011.
“Mutu Pelayanan Kesehatan”. Jurnal Kesehatan
Gaster STIKES ‘Aisyiyah Surakarta. Vol. 8 1 Februari 2011
Muninjaya,
G. 2004. Manajemen Kesehatan.
Jakarta: EGC
Nurrachmah,E.
2005. Leadership Dalam Keperawatan. http://www.pdpersi.co.id diakses tanggal 20 Sepetember 2011
Nursalam.
2002. Manajemen Keperawatan, Aplikasi
Dalam Praktek Keperawatan Profesional.Jakarta: Salemba Medika
Purwoko, S.
1998. Kepemimpinan dan Manajemen
Keperawatan. Jakarta: EGC
Sugijati,
Sajidah, A, dan Dramawan, A. “Analisis Gaya Kepemimpinan Kepala Ruang terhadap
Kinerja Perawat Dalam Melakukan Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUD
Mataram”. Jurnal Kesehatan Prima.
Vol. 2 Agustus 2008:328-329
Tappen.1995.
Nursing Leadership and Management:
Concepts & Practice. Philadelphia: F.A. Davis Company